Kamis, 11 Desember 2008

Artis dan Bandit di Parlemen

Parlemen akan dikuasai artis dan bandit bila kita nekat menerapkan sistem proporsional terbuka. Modal artis adalah popularitas, modal bandit adalah uang dan kekerasan. Padahal antara uang dan kekerasan sangat dominan dalam permainan politik. Dan disinilah hal yang patut kita hadapi, sikapi dan di basmi. Sedangkan popularitas sangat kenal dengan karakter masyarakat yang ada di negara ini. Dengan sosok seseorang akan melancarkan jalan tanpa melihat apa dan siapa orang tersebut.

Dalam sistem pemilu proporsional dengan daftar terbuka, seperti yang hendak diterapkan dalam Pemilu 2009 (meski belum terbuka 100%), memungkinkArtis dan Bandit di Parlemen


Parlemen akan dikuasai artis dan bandit bila kita nekat menerapkan sistem proporsional terbuka. Modal artis adalah popularitas, modal bandit adalah uang dan kekerasan. Padahal antara uang dan kekerasan sangat dominan dalam permainan politik. Dan disinilah hal yang patut kita hadapi, sikapi dan di basmi. Sedangkan popularitas sangat kenal dengan karakter masyarakat yang ada di negara ini. Dengan sosok seseorang akan melancarkan jalan tanpa melihat apa dan siapa orang tersebut.

Dalam sistem pemilu proporsional dengan daftar terbuka, seperti yang hendak diterapkan dalam Pemilu 2009 (meski belum terbuka 100%), memungkinkan pemilih untuk memilih langsung nama calon. Oleh karena itu pemilih cenderung akan memilih orang yang dikenali. Di sinilah artis yang sering muncul di televisi mendapatkan keuntungan. Dengan delematis artis mempunyai peran yang sangat rasional.

Tentu saja tidak ada salahnya artis menjadi anggota parlemen. Masalahnya adalah bagaimana kinerja mereka yang memasuki atau ganti profesi ini. Pertanyaan ini dapat dijawab hanya lantara sendari. Hal ini harus kita sikapi dan kembalikan sepenuhnya kepada masyarakat. Masyarakat sangat berperan dal hal kontrol terhadap wakilnya di parlemen. Ada beberapa bahkan puluhan (mantan) artis yang sudah menjadi anggota DPR hasil Pemilu 2004 lalu. Bagaiman kinerja mereka setelah beralih profesi yang menjadi wakil rakyat. Dimana wakil rakyat sangat dituntut untuk dapat mengembangkan dan menyejahterakan masyarakat secara umum bukan hanya dari golongannya semata.

Ada satu lagi profesi yang peluang terpilihnya untuk menjadi anggota dewan sangat besar dalam sistem pemilu proporsional terbuka, yakni bandit. Kebanditan tentu menciptakan reputasi tersendiri, sehingga partai enggan mencalonkannya. Walaupun tidak dapat dipungkiri semua yang terlibat di dalam parlemen saat ini merupakan bandit yang gentayangan.

Namun dengan uang dan kekerasan, sungguh sulit buat pemimpin partai untuk menghindari untuk tidak mencalonkannya. Apalagi jika pimpinan partai adalah bandit juga. Dengan uang dan kekerasan pula, para bandit bisa memaksa pemilih untuk mencontreng namanya dalam pemilu. Patut diperhatikan bahwanya pemilu yang lalu hasilnya seperti apa.
Hal ini untuk dapat memberikan suatu pencerahan untuk melakukan pemilihan. Bandit yang ada tidak hanya menggerogoti bangsa dan negara, akan tetapi rakyat juga akan menjadi imbas dari semua itu. Akan tetapi untuk dicari siapa yang berkompenten dapat mengatasi hal ini.

Tidak ada komentar: